Sebuah cerita dari kisah seorang Putri Herlina, yang memberikan inspirasi dan motivasi tak hanya bagi
dia dan istrinya, tetapi juga bagi pembaca blog serta banyak pembaca
lain di Indonesia.
Pertemuan dengan pemilik 'tangan bidadari'
Pertemuan
pertama Saptuari berawal Juni 2011 silam, di mana ia mendadak ingin
main ke Panti Asuhan Sayap Ibu, Yogyakarta untuk sekedar menyapa dan
melihat-lihat kondisi di sana. Di panti asuhan tersebut, bayi-bayi
terlantar yang dibuang oleh orang tuanya ditampung, diberi kasih sayang
dan dibesarkan 'bersama' oleh para pengasuh yayasan serta tangan-tangan
'Malaikat' yang kerap menyisihkan sedikit rejekinya untuk mereka.
Diperkenalkan
dengan gadis manis berambut panjang dan berkulit putih yang punya
senyum mengembang, Saptuari kemudian dibuat takjub terpesona. Gadis
tersebut akrab dipanggil Lina, sudah lulus SMA, bisa komputer, bisa
pakai jilbab sendiri, dan sekarang aktif membantu mengelola yayasan.
Kedengarannya biasa saja bukan? Tetapi Anda harus 'melihat' juga apa
yang membuat Saptuari takjub.
Lina
dilahirkan tidak sempurna, demikian disebut orang-orang pada umumnya.
Sejak kecil ia dibuang oleh orang tua yang entah siapa karena terlahir
tanpa kedua tangan yang utuh. Namun, bila Anda melihatnya, Anda seperti
tak menemukan kekurangan pada dirinya. Ia ceria, punya tatapan mata yang
jernih, dan kepercayaan diri serta rasa syukur pada dirinya. Lina
mengaku enggan dikasihani, dan ingin dipandang seperti wanita lain pada
umumnya.
"Aku sekolah di sekolah biasa mas, aku gak mau
dikasihani, SMPku di sekolah Muhammadiyah biasa, SMAku juga, aku tidak
minta meja khusus... kutulis semua dengan kakiku, bisa kok!" katanya
tegas.
Bahkan
Lina bilang bahwa ia pernah menjadi MC di Ambarukmo Plaza untuk sebuah
acara anak-anak penyandang cacat. Baginya yang penting cuek dan bersikap
biasa. Ia tidak ingin dikasihani, tidak ingin dibedakan dengan yang
lain, mungkin itulah yang membuatnya kuat dan tegar selama ini.
Jodoh untuk Putri Herlina
Pada
akhirnya, setiap manusia akan merindukan pendamping di dalam hidupnya.
Yang tak hanya sekedar ada, tetapi yang membuat seseorang jadi lebih
hidup dan memaknai hidup itu sendiri. Demikian pula seperti wanita
lainnya, Putri Herlina rindu bertemu jodoh. Berangan-angan, akankah ia
bisa menikah, dan hidup normal dalam kondisinya.
Wahai pemilik
'tangan bidadari', jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan, dan untuk itulah
jembatan doa harus selalu dipanjatkan agar lekas berdiri kokoh. Yang
akan membuat jodoh semakin dekat denganmu.
"Aku pengen pergi
dari panti ini mas, sudah 24 tahun aku di sini.. ingin rasanya untuk
segera bisa mandiri. Aku membayangkan punya suami yang normal, walaupun
kondisiku seperti ini, tapi ada gak ya yang bener-bener serius sama aku.
Apa aku gak tau diri ya mas kalo ngarepin jodohku lelaki yang
sempurna.. apa hidupku sampai tua hanya di panti ini ya mas, sendirian
tiap hari di meja ini," kata Lina pada Saptuari yang kemudian dijawab
dengan singkat dan penuh arti. "Ya banyakan berdoa aja Put, minta Allah
langsung. Dia yang punya pabrik jodoh. Dia kan yang bisa mengubah
segalanya."
Dan setiap bulan berlalu, Lina kerap bercerita
tentang siapa-siapa saja pria yang mendekati dirinya. Ada pria yang
ternyata sudah beristri, namun rajin mengunjunginya di panti, ada pula
bule asal Kanada. Namun, jembatan jodoh yang sudah jadi itu pada
akhirnya menuntun Lina pada jodoh yang sebenarnya...
Reza
Somantri, pria ini adalah pria yang istimewa bagi Lina. Bukan karena ia
adalah putra salah seorang petinggi Bank Indonesia dengan jabatan
terakhir Deputi Gubernur, tetapi karena Reza adalah sosok sederhana yang
bisa melihat kesempurnaan Lina yang sebenarnya.
Yogyakarta, 13 Oktober 2013
Sepasang
insan ini meresmikan ikatan cintanya lewat pernikahan yang digelar
secara sah di ruangan Balai Sinta. Dengan diiringi restu ayah bunda
Reza, banjir air mata mewarnai momen mengharukan sekaligus membahagiakan
ini.
Mulai dari acara sungkeman hingga naik ke pelaminan,
setiap hati seolah memanjatkan doa bahagia pada mempelai berdua.
Berharap bahwa kelak ada Lina-Lina lain yang punya semangat yang sama.
Yang tak lekas menyerah dengan kondisi dan keadaan dirinya.
Terima
kasih Putri Herlina, kau dan 'tangan bidadari'-mu telah menyentuh
setiap hati, dan mengingatkan kami kembali akan kesempurnaan itu
sendiri.
No comments:
Post a Comment